DENTINGAN SUBUH MERUPAKAN BUKTI MALAM YANG SELALU TERJAGA
(Remahan yang
terjatuh ketika suara klakson mobil menghetikan langkahku untuk
menyeberangi jalan raya. Kekagetan itu menyebabkan cerita ini terhenti
di sini. Jika ada yang mempunyai ide silahkan dilanjutkan)
Saya
masih belum memahami tentang wanita yang berjalan dengan gontai sambil
menjunjung sebakul nasi di pinggir sebuah kali pada subuh yang begitu
senyap. Saya juga masih menyimpan beberapa pertanyaan seputar dentingan
kerikil yang seakan- akan mempertontonkan orkestra kepada segenap angin
yang sempat singgah di antara mereka. Lagi-lagi saya dibuat bingung
dengan langkah kaki seorang laki-laki paruh baya sangat mirip dengan
gerakan kecoak ketika dikejar oleh seorang anak kecil dengan sapu ijuk.
Ah....saya hanya berusaha untuk mengisi beberapa kalimat awal dari
cerita ini, jadi jangan dipikirkan secara serius sebab saya juga tidak
pernah memikirkan hal tersebut.
Saya akan memulai cerita
ini dengan sebuah kebingungan terhadap subuh yang selalu mengajak kaki
saya untuk menelusuri beberapa jalan yang sudah dilupakan oleh kaum
borjuis dan bangsawan, tapi masih diingat oleh beberapa pendeta atau
pastor atau ulama. Mungkin kalian yang pernah membaca cerita tentang
Veronika Memutuskan Untuk Mati yang ditulis oleh Paullo Cuelho akan
menarik benang merah antara kebingungan saya dengan adegan di mana
Veronika memainkan piano untuk Eduard. Bilang saja kalian belum memahami
hubungan tersebut, apalagi saya hanya memaparkan secara garis besar.
OK! Saya mulai menghubungkan kedua kisah tersebut.
Pertama: Ketika malam dengan bulan sabit dan musim dingin dan seorang perempuan sedang berjalan di taman Veronika diminta oleh Eduard(bukan hanya meminta tetapi memohon) agar melanjutkan permainan pianonya.
Pertama: Ketika malam dengan bulan sabit dan musim dingin dan seorang perempuan sedang berjalan di taman Veronika diminta oleh Eduard(bukan hanya meminta tetapi memohon) agar melanjutkan permainan pianonya.
Komentar