Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

YANG TIDAK TERSELESAIKAN

WAJAH MALAIKAT? Lebih baik mendekap di dalam penjara dari pada harus mengalami kesusahan dalam memejamkan mata dan kehilangan mimpi    Kehilangan mimpi pada setiap malam merupakan ketersiksaan bagi diri. Mata  tidak menemukan kantuk, batin selalu terikat dengan wajah seorang malaikat, dan pikiran masih terjebak dalam labirin kemarin.Semuanya berawal ketika wajah malaikat mu mulai menjalin hubungan intim dengan batin. Pada setiap pagi engkau selalu berusaha untuk bercinta, ketika malam terjerat oleh waktu engkau mengalami orgasme sedangkan saya selalu berusaha untuk mencapai tingkatan orgasme.   Subuh masih terlelap bersama sejumput matahari yang merupakan hasil persetubuhan antara senja dan pagi, udara pun masih lembab sehingga kucing dan tikus malas untuk berebut makanan di tempat sampah. Ketika semuanya itu sempat diproyeksi oleh dinding kamar, aku sedang tersudut di antara kabut yang membutakan penglihatan dan masih mencari wajah mu dalam labirin senja. Sementara itu, jej

DENTINGAN SUBUH MERUPAKAN BUKTI MALAM YANG SELALU TERJAGA

(Remahan yang terjatuh ketika suara klakson mobil menghetikan langkahku untuk menyeberangi jalan raya.  Kekagetan itu menyebabkan cerita ini terhenti di sini. Jika ada yang mempunyai ide silahkan dilanjutkan) Saya masih belum memahami tentang wanita yang berjalan dengan gontai sambil menjunjung sebakul nasi di pinggir sebuah kali pada subuh yang begitu senyap. Saya juga masih menyimpan beberapa pertanyaan seputar dentingan kerikil yang seakan- akan mempertontonkan orkestra kepada segenap angin yang sempat singgah di antara mereka. Lagi-lagi saya dibuat bingung dengan langkah kaki seorang laki-laki paruh baya sangat mirip dengan gerakan kecoak ketika dikejar oleh seorang anak kecil dengan sapu ijuk. Ah....saya hanya berusaha untuk mengisi beberapa kalimat awal dari cerita ini, jadi jangan dipikirkan secara serius sebab saya juga tidak pernah memikirkan hal tersebut. Saya akan memulai cerita ini dengan sebuah kebingungan terhadap subuh yang selalu mengajak kaki saya u