MALAM DI KAMAR CAHAYA
Kendaraan umum masih terpakir rapi di sepanjang jalan, para sopir dan kondektur sedang bergelayut di luar jalan umum. Tapi, kalau menunggu sampai mereka bangun, mentari akan menyengat sepanjang perjalanan itu. keyakinan yang begitu optimis ini bisa saja memuai, terbang ke langit jauh. Malam yang telah mengubur semua kenangan tentang hari kemarin akan menyeruak, berbaris teratur di pinggir jalan yang akan ku lalui. Sesungguhnya nurani sudah memperingati tentang semua itu, namun ayah bersikukuh untuk berangkat saat matahari sudah tepat di atas ubun-ubun. Sungguh, aku tidak bisa membantah sikapnya. Apa yang sudah dikatakan harus dituruti. Melawan sama saja menceburkan diri ke lubang hitam atau terjun bebas ke dasar ngarai dengan kesepian dan kesendirian yang begitu melankolis. Mungkinkah aku harus sedikit bernegosiasi? Merayunya dengan sikap manja dan kekanakan? Apa ayah luluh setelah aku meletakan kepala di pangkuannya atau memijit pundaknya? Aku pesimis. Telah