ENGKAU YANG TERTERA DALAM GARIS PADA PINGGIRAN LUKISAN

Untukmu yang menjadi alasan utama pembuatan lukisan

Engkau hanyalah garis yang tertera pada pinggiran lukisan, meskipun demikian keberadaanmu sebagai garis lebih penting daripada objek utama dari lukisan ini. Alasan inilah, aku menuliskan cerita ini, agar engkau menyadari betapa berarti keberadaanmu. Dan aku tidak layak untuk memiliki lukisan yang diperuntukan bagi orang lain.

Sejak awal pembuatan lukisan, sang pelukis tidak pernah berpikir mengenai garis yang akan dilukiskannya pada setiap pinggir dari lukisannya. Sesampainya keberadaan garis ini menimbulkan tanya padaku yang memilikinya. Aku mengatakan demikian karena kedekatan yang telah terjalin antara aku dengan si pelukis, sehingga gaya dan pola melukisnya sangat aku kenal.

Seperti yang sudah dikatakan terdahulu bahwa engkau hanyalah garis yang berada di pinggiran lukisan. Aku tidak perduli tentang perasaanmu ketika membaca tulisan ini, biarpun ada dendam, biarpun ada kemarahan padamu tetap saja aku tidak peduli. Apakah lebih sakit ketika kita berhadapan dan aku mengatakan mengenai kebenaran ini atau melalui media ini sehingga engkau mempunyai waktu untuk kesendirian dalam berpikir sembari membaca tulisan ini. Mengenai kedua hal di atas, aku lebih memilih menggunakan media untuk menyampaikan kebenaran dari keberadaanmu dalam lukisan. Sebab kita belum saling mengenal. Ketika engkau membaca tulisan ini maka engkau akan mencariku untuk meminta penjelasan lebih. Pada saat itulah kita akan saling mengenal. Tetapi engkau mungkin akan menanyakan alasan lain yang tidak aku sertakan dalam tulisan ini. Untuk hal itu, aku tidak akan menceritakannya sebab aku telah berjanji untuk tidak menceritakannya. Baik terhadapmu atau kepada orang lain.

Sesampainya aku memberanikan diri untuk menuliskan kisah ini dikarenakan oleh belas kasihanku kepadamu, berdasarkan kemanusianku yang sangat peka terhadap keberadaan orang lain, berdasarkan penglihatanku terhadap tingkahmu, berdasarkan keberadaanmu dalam lukisan yang memiliki makna lebih besar dari keindahan yang terdapat dalam jalinan warna yang tertera pada objek utama lukisan. Apakah lebih berharga jika membiarkan seseorang berada dalam kegembiraan atas keterlibatannya pada sebuah karya seni dengan ketidaktahuannya terhadap alasan keterlibatnya? Atau membiarkan beberapa tetas air mata membasahi wajahnya tetapi dengan sebuah pengertian mengenai keterlibatannya dalam sebuah karya? Atau kedua hal di atas tidak cocok untuk menggambarkan keadaanmu. Jikapun demikian aku tetap saja melihat bahwa alasan utama pembuatan lukisan adalah engkau, tentu saja ada kegembiraan(pada saat itu) ketika mengetahui bahwa engkau menjadi tujuan pokok dari pembuatan sebuah karya seni. Aku tidak menghendaki engkau berpartisipasi dalam lukisan tanpa mengetahui alasan dari keterlibatanmu meskipun ada keterlukaan ketika engkau membaca tulisan ini. Aku berada dalam kebingungan, dimana aku harus jujur kepadamu mengenai alasan dari keberadaanmu dan aku harus menimbulkan keterlukaan pada sahabatku dengan menceritakan tentang alasannya melukis dirimu sebagai garis di setiap pinggiran dari lukisan ini, meskipun alasan itu berdasarkan analisa pribadi.

Memang kita belum pernah bertemu, aku mengenalmu melalui cerita dari sahabatku yang adalah pelukis dan lebih mengenalmu melalui lukisan ini. Sedangkan engkau sama sekali tidak mengenal diriku. Mungkin saja aku salah dalam mengartikan keberadaanmu dalam lukisan, atau engkau hanyalah khayalanku? Di dunia yang kasat mata terdapat banyak kebetulan, dimana kebetulan yang terjadi dapat menyingkapkan keberadaan seseorang atau kebetulan yang terjadi mampu menceritakan mengenai fenomena yang sedang terjadi. Aku lebih memilih hal yang pertama yakni kebetulan yang terjadi dapat menyingkapkan keberadaan seseorang. Dan keyakinanku mengatakan bahwa engkau akan mengetahui bahwa tulisan ini diperuntukan bagimu ketika engkau membacanya. Pada saat itulah engkau akan mencariku untuk meminta penjelasan tambahan mengenai persoalan yang kutuliskan. Disinilah kita akan saling mengenal.

Engkau yang sedang membaca tulisan ini

Mungkin aku harus menceritakan ulang mengenai alur dari kisah yang kutuliskan untukmu dan mengapa aku bisa memiliki lukisan yang diperuntukan bagimu. Begini; aku membeli lukisan dari seorang pelukis yang kebetulan adalah sahabat dekatku, ia bukan hanya sebagai sahabat tetapi telah menjadi sebagian dari diriku. Ia bukan objek dalam penglihatan tetapi telah menjadi subjek dalam penglihatanku. Sejak awal ia mengerjakan lukisan ini, aku selalu mengawasinya tentu saja bukan dari kejauhan layaknya seorang pengintai yang sedang mengamati perkemahan dari musuhnya atau seekor singa betina yang sedang mengintai sekumpulan kerbau yang sedang merumput di padang. Aku berada di sampingnya bahkan sesekali waktu mengemukakan pendapat mengenai warna yang akan ia gunakan atau tata letak dari objek lukisan tersebut. jadi dapat dikatakan bahwa luksian ini merupakan karya kami berdua. Sehingga kehadiran garis pada pinggiran lukisan menimbulkan tanya, dan entah kapan ia menyertakan garis pada pinggiran lukisan tidak aku ketahui secara pasti bahkan ia tidak menceritakan kepadaku mengenai garis di pinggiran lukisan.

“Adakah aku telah menjadi orang asing di hadapanmu sehingga engkau tidak menceritakan alasan mengenai keberadaan garis dalam lukisanmu?”

“Ada hal yang harus tetap menjadi rahasia!

“Jika rahasia berarti ada kemungkinan untuk disingkapkan keberadaannya dan sosok yang menciptakan rahasia belum menemukan ajal sehingga aku masih mempunyai kesempatan untuk mengetahuinya. Lagi pula; rahasia yang disembunyikan dapat membawamu pada ketersiksaan!”

“Biarkanlah alasan dari keberadaannya tetap menjadi rahasia! Aku akan menyerahkan lukisan ini kepadamu tetapi harus ada pembayaran untuk mengganti kelelahan yang telah kualami dalam menghasilkannya.”

“Aku tidak akan menerimanya! Apalagi dengan pembayaran, bagiku memiliki lukisanmu akan memberikan ketidaknyamanan dalam keseharian. Selain itu; memiliki lukisanmu berarti aku telah masuk dalam permainan yang engkau ciptakan dengan membawa serta kebodohanku.”

Perdebatan kami mengenai garis di pinggiran lukisan berahkir dengan kerelaanku untuk menerimanya sambil memasukan sebuah kebodohan dalam sejarahku. Bagaimana mungkin menolak tawaran sahabat yang sedang berada dalam keterpurukan karena terbebani dengan karyanya? Meskipun harus menanggung juga beban yang dialaminya.

Ketika ia menyerahkan lukisan, ada derita yang bercokol di pelupuk matanya. Aku menyadari bahwa lukisan ini memiliki arti yang mendalam baginya, namun mengapa ia harus menyerahkannya kepadaku? Berbagai pertanyaan bergejolak dalam akal sehat, dari pertanyaan dan prasangka yang masuk akal sampai pertanyaan dan prasangka yang dipikirkan pada zaman primitif. Pertanyaan utama adalah bagaimana ia dapat menyertakan garis ini dalam lukisannya. Untuk alasan dari pertanyaan ini akan aku dijabarkan setelah pendeskripsian keadaan kamarku. Aku meletakan lukisan dari sahabatku di dinding kamar, ini merupakan satu-satunya lukisan yang terpajang di kamar. Keberadaannya di dinding kamar mampu mengubah suasana. Dimana ia mampu menyedot perhatianku pada benda-benda lain sehingga keseharianku hanyalah dilalui dengan menatapnya. Lebih-lebih perhatianku pada garis yang berada di pinggiran lukisan.

Engkau mengetahui bahwa bentuk dari garis yang berada di pinggiran lukisan adalah segi empat. Keberadaannya tidak begitu berarti jika dibandingkan dengan objek utama dari lukisan. Aku tahu; ketika engkau membuka lukisan, pasti engkau memperhatikan objek utama dari lukisan yang adalah seorang wanita yang duduk di atas bongkahan batu sambil memegang setangkai kembang lavender. Sesampainya garis segi empat ini menyedot perhatianku adalah dalam setiap lukisan dari sahabatku tidak pernah menyertakan garis segi empat di setiap pinggiran lukisannya. Satu hal lagi, ia sangat membenci garis segi empat, baginya keberadaan garis segi empat akan menghilangkan esensi dari sebuah karya seni. Selain itu; keberadaan garis segi empat dalam sebuah lukisan merupakan bentuk ketidakmampuan seorang pelukis dalam melukis. Satu hal lagi, garis segi empat menggambarkan bahwa pelukis berada dalam keputusasaan sehingga tidak dapat menemukan sebuah objek tambahan untuk mengakhiri lukisannya.

Berdasarkan alasan di atas aku memperhatikan dengan konsentrasi tinggi mengenai garis segi empat yang ia sertakan dalam lukisannya. Dari alasan ini pula aku mulai membuat sebuah hubungan antara keberadaan garis segi empat dengan ceritanya mengenai seorang gadis(engkau) yang menjalin hubungan intim dengannya. Memang beberapa kali aku melihat engkau berada bersamanya, ketika ia mengerjakan lukisan ini. Ketika melihat ia bersamamu, aku tidak memberanikan diri untuk mendekati kalian sebab kehadiranku akan merusak suasana keberduan yang telah tercipta. Jujur; aku merasa sangat mengenalmu meskipun hanya lewat ceritanya. Dari cerita-cerita yang ia tuturkan, aku dapat menarik kesimpulan bahwa engkau sangat berarti baginya. Dan iapun mengatakan bahwa lukisan ini diperuntukan bagimu. Namun, pada akhir-akhir ini tidak lagi ada keberduan denganmu dan iapun tidak menceritakan lagi mengenai keberadaanmu. Berdasarkan pada kedua alasan inilah aku dapat memperoleh kesimpulan mengenai keberadaan garis segi empat pada lukisan yang tergantung di dinding kamarku.

Aku tidak layak untuk memiliki lukisan yang diperuntukan bagi orang lain, jika aku tidak mengembalikan lukisan wanita yang duduk di atas bongkahan batu sambil memegang setangkai kembang lavender kepada pemilik sesungguhnya berarti aku akan menanggung beban moral dan akan tetap dihantui oleh bayangan dari pemilik sah lukisan ini. Seperti telah aku kemukakan pada awal tulisan, aku akan menimbulkan keterlukaan pada kedua belah pihak yakni sahabatku dan gadisnya. Biarlah aku menanggung derita akan dibenci atau ditinggalkan oleh seorang sahabat daripada harus membiarkan gadisnya dalam ketaktahuan bahwa ia begitu dicintai oleh sahabatku, sehingga perasaan cinta itu diekspresikan dalam kebencian. Bagiku; dengan memberikan lukisan ini kepada gadisnya berarti aku telah menolong sahabatku untuk mengatakan ketulusan cintanya. Mungkin juga engkau yang menjadi tujuan pembuatan lukisan dan tulisan ini akan menaruh dendam padaku karena menceritakan mengenai kisah yang dirahasiakan. Biarkanlah kebencian dan dendam mengikuti keseharianku, yang terpenting adalah aku mampu mewujudkan alasan sesungguhnya dari pembuatan lukisan dan dapat terbebas dari dosa karena memiliki lukisan ini. Aku sengaja tidak menyerahkan tulisan ini secara langsung kepadamu(gadis dari sahabatku). Bukan karena ketidaktahuan terhadap alamat tempat tinggalmu tetapi untuk mengabarkan kepada semua orang bahwa ketulusan dan kedalaman cinta harus dapat ditunjukan, tidak layak ketulusan cinta disembunyikan.

Aku juga tidak mengetahui secara pasti alasan dari ketidakhadiranmu pada belakangan ini. Tetapi engkau harus mengetahui bahwa dia yang mencintaimu sangat menderita karena ketidakhadiranmu. Jika engkau telah membaca tulisan ini maka segeralah datang untuk menemuiku untuk mengambil lukisannya. Dan segera mengunjungi lelakimu. Ada satu hal; ketika engkau datang untuk mengambil lukisan, aku tidak akan memberikan penjelasan lain mengenai persoalan yang sedang engkau baca.

Sekian

Untukmu yang menjadi tujuan dari pembuatan lukisan wanita yang duduk di atas bongkahan batu sambil memegang setangkai kembang lavender

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DI ANTARA CAHAYA

PEREMPUAN DI LORONG WAKTU (LIMA)

GADIS DENGAN BIOLA COKLAT