PEREMPUAN DI LORONG WAKTU (LIMA)
Mengapa senja memanggil Iras kembali ke kamar dengan potret perempuan yang menggantung di dinding? Jawabnya masih misteri. Semisteri arti tatapan sang perempuan dalam bingkai. Seperti senja-senja lainnya, Iras mulai melakoni ritual untuk menelisik dengan serius potret hitam putih itu. Pastinya, demi menguak tanya tentang pesan yang tersembunyi di balik sorot mata sang perempuan. Pada momentum inilah, tak bosan-bosan, Ira kembali mencari sumber tepatnya literatur dalam ingatan tentang maksud maupun arti sebuah tatapan dalam potret. Sesungguhnya sudah cukup banyak literatur tercerap dalam batok kepalanya. Mulai dari berbahasa asing maupun bahasa ibunya. Toh, seperti yang sudah-sudah berahkir dengan kebingungan. Iras bukan pribadi yang cepat menyerah. Meski 'kerja keras masih mengingkari hasil', ia terus mencari upaya untuk menemukan jawab. "Sampai kapan?" Begitulah kecamuk suara dalam dirinya. "Entahlah." Iras menjawabnya. (Bersambung)