PENARI SENJA
Adakah mereka masih menari ketika berbagai warna yang muncul pada saat jalinan hujan berahkir? Masihkah mereka mengenakan kostum perak ketika suara burung Minerva mulai bermunculan di sekitar kaki langit? Di sekitar perputaran musim yang melahirkan begitu banyak suasana, pada perpindahan angin yang menerbangkan rerumputan kering, pada geladak perahu tak bercadik terdengar suara parau para pelaut klasik yang berceracau tentang gelombang dan arus, dan di antara lolongan bintang liar tersembul suatu prahara tentang para penari senja.
Perputaran musim yang melahirkan begitu banyak suasana namun masih ada kebingungan yang ditinggalkan oleh musim untuk para penari senja. Perpindahan angin yang menerbangkan rerumputan kering namun para penari senja menjadi tumbal dari perpindahan angin tersebut. Geladak perahu tak bercadik menampung segenap keluhan dari para pelaut. Sedangkan para penari senja tidak mempunyai tempat untuk menumpahkan persoalan yang melingkupi kesehariannya. Kaum penari senja melewatkan keseharian dengan menggandeng tawa dan air mata yang terlahir dalam kerancuan. Mereka berada di antara masyarakat yang secara garis keturunan merupakan bagian terdekat atau sedarah. Ketidakhirauan masyarakat terhadap keberadaan mereka disebabkan oleh profesi yang dilakoni. Masyarakat memandang bahwa profesi sebagai penari senja adalah profesi kelas proletar dan pengabdi dari mahluk bawah sadar. Karena label yang telah diberikan masyarakat kepada para penari senja menyebabkan mereka tidak pernah dilibatkan dalam urusan keluarga, kehadiran dalam suatu perkumpulan hanyalah bayangan bagi masyarakat.
Keberadaan para penari senja seperti barang mainan anak-anak, ketika ia dibutuhkan maka barang tersebut sangat dijaga dan dihargai namun ketika ia tidak dibutuhkan maka tempat yang cocok untuknya adalah gudang. Dimana ia akan berkumpul dengan tikus-tikus yang bersileweran dengan mata membelalak. Ditengah kesemrawutan strata dan label yang diletakan masyarakat, mereka membentuk persatuan untuk dapat mengatasi masalah yang dihadapi dan memurnikan kembali keberadaan mereka di tengah masyarakat. Namun perkumpulan mereka sangat dirahasiakan dari masyarakat agar tidak dinilai sebagai pembelot. Mereka selalu berkumpul ketika masyarakat sibuk membicarakan tentang perubahan warna matahari.
Masyarakat di desa Daguarga akan berkumpul pada malam terahkir menurut kalender desa yang diwariskan dari para sesepuh kampung. Mereka berkumpul untuk membahas perubahan warna matahari karena mereka meyakini bahwa warna matahari yang berubah memiliki suatu makna dan pesan yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidup. Tentu para penari senja tidak akan diperkenankan untuk menghadiri dan terlibat dalam pembicaraan ini, sehingga kesempatan ini digunakan oleh para penari senja untuk merencanakan kegiatan dan saling menguatkan. Dalam pertemuan yang pertama, mereka memilih ketua dan pengurus yang dapat dipercaya untuk mengatur kelangsungan dari perkumpulan tersebut. Bapak Fandes, seorang yang sangat menutup diri dan sangat minim berbicara dipercaya oleh para penari senja untuk menjadi ketua dari perskumpulan. Sesampainya ia diangkat sebagai ketua disebabkan oleh sikapnya yang selalu melakukan berbagai pekerjaan tanpa harus mendengarkan perintah dari orang lain. Ia juga sangat dihormati di kalangannya dan dipandang sebagai sang inspirator dalam menciptakan berbagai gerakan baru untuk tarian senja.
Para warga lain tidak pernah berpikir bahwa kelakuan yang ditunjukan kepada para penari senja dapat menjadi boomerang bagi dirinya jika tidak disikapi dengan baik dan benar.(bersambung)
Perputaran musim yang melahirkan begitu banyak suasana namun masih ada kebingungan yang ditinggalkan oleh musim untuk para penari senja. Perpindahan angin yang menerbangkan rerumputan kering namun para penari senja menjadi tumbal dari perpindahan angin tersebut. Geladak perahu tak bercadik menampung segenap keluhan dari para pelaut. Sedangkan para penari senja tidak mempunyai tempat untuk menumpahkan persoalan yang melingkupi kesehariannya. Kaum penari senja melewatkan keseharian dengan menggandeng tawa dan air mata yang terlahir dalam kerancuan. Mereka berada di antara masyarakat yang secara garis keturunan merupakan bagian terdekat atau sedarah. Ketidakhirauan masyarakat terhadap keberadaan mereka disebabkan oleh profesi yang dilakoni. Masyarakat memandang bahwa profesi sebagai penari senja adalah profesi kelas proletar dan pengabdi dari mahluk bawah sadar. Karena label yang telah diberikan masyarakat kepada para penari senja menyebabkan mereka tidak pernah dilibatkan dalam urusan keluarga, kehadiran dalam suatu perkumpulan hanyalah bayangan bagi masyarakat.
Keberadaan para penari senja seperti barang mainan anak-anak, ketika ia dibutuhkan maka barang tersebut sangat dijaga dan dihargai namun ketika ia tidak dibutuhkan maka tempat yang cocok untuknya adalah gudang. Dimana ia akan berkumpul dengan tikus-tikus yang bersileweran dengan mata membelalak. Ditengah kesemrawutan strata dan label yang diletakan masyarakat, mereka membentuk persatuan untuk dapat mengatasi masalah yang dihadapi dan memurnikan kembali keberadaan mereka di tengah masyarakat. Namun perkumpulan mereka sangat dirahasiakan dari masyarakat agar tidak dinilai sebagai pembelot. Mereka selalu berkumpul ketika masyarakat sibuk membicarakan tentang perubahan warna matahari.
Masyarakat di desa Daguarga akan berkumpul pada malam terahkir menurut kalender desa yang diwariskan dari para sesepuh kampung. Mereka berkumpul untuk membahas perubahan warna matahari karena mereka meyakini bahwa warna matahari yang berubah memiliki suatu makna dan pesan yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidup. Tentu para penari senja tidak akan diperkenankan untuk menghadiri dan terlibat dalam pembicaraan ini, sehingga kesempatan ini digunakan oleh para penari senja untuk merencanakan kegiatan dan saling menguatkan. Dalam pertemuan yang pertama, mereka memilih ketua dan pengurus yang dapat dipercaya untuk mengatur kelangsungan dari perkumpulan tersebut. Bapak Fandes, seorang yang sangat menutup diri dan sangat minim berbicara dipercaya oleh para penari senja untuk menjadi ketua dari perskumpulan. Sesampainya ia diangkat sebagai ketua disebabkan oleh sikapnya yang selalu melakukan berbagai pekerjaan tanpa harus mendengarkan perintah dari orang lain. Ia juga sangat dihormati di kalangannya dan dipandang sebagai sang inspirator dalam menciptakan berbagai gerakan baru untuk tarian senja.
Para warga lain tidak pernah berpikir bahwa kelakuan yang ditunjukan kepada para penari senja dapat menjadi boomerang bagi dirinya jika tidak disikapi dengan baik dan benar.(bersambung)
Komentar
salam anak smp pekanbaru
Yg jelas rangkaian kalimatnya indah n mantab.
Salam sobat :)