SEBELUM TENGAH MALAM (LANJUTAN)

Hari yang belum  sempat tertidur sejak kelahirannya, selalu berusaha untuk menjadi dan menjadi meski tak pernah terpisahkan dari waktu. kalau saja, hari berusaha untuk mengakhiri persabahatan dengan waktu maka minggu, bulan dan tahun tak akan muncul ke permukaan. 

Sejenak, berpisah dari keseharian, berjarak dan membiarkan dirinya dalam kesendirian. Mungkin ini adalah cara terbaik untuk mengatakan bahwa aku sesungguhnya sudah tidak mau lagi bersahabat dengannya. Tapi, mana mungkin bisa kulakukan hal tersebut? Bagaimana bisa aku berkata kalau dia lebih pantas tertinggal sebagai kenangan? 

Kenangan. Sesungguhnya apalah arti kata ini. Kalau hanya membuat hati galau dan pikiran kacau.  Berkanjang pada kenangan sudah membuat aku kelelahan. Kebersamaan yang terjalin itu hanya menyisahkan nestapa yang paling nestapa. Ya. Kenangan. Sudah seharusnya dia di simpan dalam kotak atau tepatnya dimuseumkan. 

Di museumkan. Mungkin ide yang tepat untuk mengakhir keangkuhan kenangan. Tapi, bukankah di sana dia bisa lebih banyak menarik perhatian pengunjung? Ahhhhhh...... aku lelah dengan semua ini!! persetan dengan kenangan.  Peduli amat dengannya .


Aku; lelaki malam, mencumbu dan mencacah malam dengan setampuk rindu yang dibawa dari masa lalu.
Aku; pria subuh, menceramah malam di bawah temaram bulan setengah lingkar.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

DI ANTARA CAHAYA

PEREMPUAN DI LORONG WAKTU (LIMA)

GADIS DENGAN BIOLA COKLAT