TATANRI XIV
Merunut dari perkataan sang kakek berarti adaku sama dengan ada kembang lavender ini. Mungkin lebih beruntung kembang-kembang Lavender ini sebab mereka tidak sadar akan keberadaan mereka. Sedangkan aku ?
Apakah takdir telah menempatkan aku dalam keadaan seperti ini?
"aku tidak mempercayai takdir ataupun nasib ataupun garis tangan atau sejenisnya. bagiku segala yang terjadi merupakan akibat dari keputusan yang telah aku lakukan pada hari kemarin." merunut perkataan sang kakek berarti takdir yang selalu dikatakan oleh para sahabatku merupakan suatu kebenaran bukan suatu kebetulan.
Disini aku berusaha untuk terbebas dari perkataan kakek agar dapat berkonsentrasi dalam usaha untuk menemukan informasi mengenai sahabatku. yah.....lagi-lagi berhadapan dengan kakek yang bau tanah ini. suatu hari engkau akan mengerti tentang cerita yang aku tuturkan di sekitar sungai ini. suatu saat juga engkau akan memahami bahwa setiap kertas yang telah kau tulis mengandung sebagian dari jiwa hutan ini. Kalimat ini merupakan perkataan dari sahaabatku ketika kami mengadakan perjanjian yakni di atas pohon mahoni sambil melukai saah satu rantingnya. Dia mungkin sangat sedih dalam perjalanan. Dari pembicaraan kakek, aku dapat menyimpulkan bahwa ia pergi dengan kesedihan yang membungkus dan mengisi perbendaharaan tasnya. "Apakah ia membawa cukup perbekalan di dalam tasnya?"
Jika terjadi sesuatu yang membahayakan keselamatan dirinya atau terdengar berita tentang kecelakaan yan menimpa dirinya, tentu aku tidak dapat memaafkan diriku. Adanya dan hadirnya melebihi kehadiran seorang wanita cantik. Canda dan tawanya mampu menenggelamkan lara yang mengapung di atas permukaan diri. "sahabatku.......dimanakah dirimu berada, jika engkau merasa kedinginan jangan lupa untuk membakar buku harian yang kutitipkan padamu. Bakarlah buku itu sampai kedinginan pergi darimu, biarlah ia menjadi penerang pad malammu agar mampu mengusir nyamuk-nyamuk yang hendak berpesta di atas tubuhmu"
Apakah takdir telah menempatkan aku dalam keadaan seperti ini?
"aku tidak mempercayai takdir ataupun nasib ataupun garis tangan atau sejenisnya. bagiku segala yang terjadi merupakan akibat dari keputusan yang telah aku lakukan pada hari kemarin." merunut perkataan sang kakek berarti takdir yang selalu dikatakan oleh para sahabatku merupakan suatu kebenaran bukan suatu kebetulan.
Disini aku berusaha untuk terbebas dari perkataan kakek agar dapat berkonsentrasi dalam usaha untuk menemukan informasi mengenai sahabatku. yah.....lagi-lagi berhadapan dengan kakek yang bau tanah ini. suatu hari engkau akan mengerti tentang cerita yang aku tuturkan di sekitar sungai ini. suatu saat juga engkau akan memahami bahwa setiap kertas yang telah kau tulis mengandung sebagian dari jiwa hutan ini. Kalimat ini merupakan perkataan dari sahaabatku ketika kami mengadakan perjanjian yakni di atas pohon mahoni sambil melukai saah satu rantingnya. Dia mungkin sangat sedih dalam perjalanan. Dari pembicaraan kakek, aku dapat menyimpulkan bahwa ia pergi dengan kesedihan yang membungkus dan mengisi perbendaharaan tasnya. "Apakah ia membawa cukup perbekalan di dalam tasnya?"
Jika terjadi sesuatu yang membahayakan keselamatan dirinya atau terdengar berita tentang kecelakaan yan menimpa dirinya, tentu aku tidak dapat memaafkan diriku. Adanya dan hadirnya melebihi kehadiran seorang wanita cantik. Canda dan tawanya mampu menenggelamkan lara yang mengapung di atas permukaan diri. "sahabatku.......dimanakah dirimu berada, jika engkau merasa kedinginan jangan lupa untuk membakar buku harian yang kutitipkan padamu. Bakarlah buku itu sampai kedinginan pergi darimu, biarlah ia menjadi penerang pad malammu agar mampu mengusir nyamuk-nyamuk yang hendak berpesta di atas tubuhmu"
Komentar
(ada beberapa hal baru di antofiction, no)
maaf baru berkunjung sahabat ^^
apa kabar...?
nice posting,suka nulis cerita ya ??