ISTHARANI
Aku telah berumur 22 tahun ketika Istharani mencabik kain linen yang selama ini kugunakan untuk melindungi tubuh dari sengatan matahari. Dia hadir pada musim yang begitu membingungkan karena ada gerah yang menyiksa dan ada rinai yang membasahi pelepah ilalang. Menyaksikan hantu dalam balutan musim kemarau dan hujan menimbulkan tanya dalam diri. Apakah dunia telah melupakan usianya dan bertingkah aneh? Jika kenyataan ini bukanlah suatu bualan dari burung hantu maka ada sesuatu yang salah dalam kehidupan. Kehadiranya memberikan efek ganda dalam raga namun aku bersyukur karena efek tersebut tidak mengusik jiwa malaikatku yang sedang mengubah tangis menjadi tawa. Dengan kehadiran Istharani dimana pada setiap lekukan jubahnya tertambat kisah-kisahku dan dunia yang kubentuk dari keterjagaan serta siangku. Sebelum melangkah lebih jauh aku harus menjelaskan efek ganda yang menghampiri ragaku. Efek pertama yang muncul adalah kebingungan dan efek yang kedua adalah kekagetan. Kedua e