TATANRI
VI
Memandang dunia dari mata seoarang anak kecil akan mengembalikan dunia ini ke tempat dan tujuannya yang semula.
"Yang benar saja kau" komentarku kepada diri sendiri.
Anak perempuan itu masih tenggelam dalam permainannya, ia sama sekali tidak memperhatikan aku yang begitu terpukau dengan kelakuaannya."Bahagianya menjadi seorang anak kecil, tidak pernah memiliki pemikiran yang picik tentang dunia. menghadapi keseharian dengan apa adanya". Aku juga memikirkan tentang keadaanku yang berhubungan dengan agama yang kuanut. bagiku; menjalani rutinitas keagamaan hanya sebatas pada kewajiban.
"aku bisa menjadi seorang pemeluk agama yang benar tanpa harus menjadi penganut agama yang baik".
Sambil menikmati kopi aku mengambil sebuah kardus untuk mengikuti perilaku anak tersebut
Memandang dunia dari mata seoarang anak kecil akan mengembalikan dunia ini ke tempat dan tujuannya yang semula.
"Yang benar saja kau" komentarku kepada diri sendiri.
Anak perempuan itu masih tenggelam dalam permainannya, ia sama sekali tidak memperhatikan aku yang begitu terpukau dengan kelakuaannya."Bahagianya menjadi seorang anak kecil, tidak pernah memiliki pemikiran yang picik tentang dunia. menghadapi keseharian dengan apa adanya". Aku juga memikirkan tentang keadaanku yang berhubungan dengan agama yang kuanut. bagiku; menjalani rutinitas keagamaan hanya sebatas pada kewajiban.
"aku bisa menjadi seorang pemeluk agama yang benar tanpa harus menjadi penganut agama yang baik".
Sambil menikmati kopi aku mengambil sebuah kardus untuk mengikuti perilaku anak tersebut
"Mengapa harus takut dan malu terhadap pandangan dan perkataan orang jika kelakuan ku mampu membawa pencerahan untuk kehidupanku".
Aku meminta agar ia memperbolehkan aku untuk bermain bersamanya, pikirku bahwa ia akan menghentikan permaianannya adan berlari ke pelukan sang ibu. Anak itu malahan mengambil kardus yang sedang kupegang kemudian meletakannya di samping kardusnya. Ia mulai mengulangi permainannya dan aku pun mengikutinya. Ibunya yang melihat kelakuaanku melepaskan cuciannya dan bertanya padaku "bukankah itu merupakan sesuatu hal yang lucu?"
"ini bukan suatu lelucon, apakah ibu rela melepaskan cucian dan bergabung bersama kami?"
Ia hanya tersenyum.
Kami terlarut dalam permainan itu sehingga kehadiran beberapa orang untuk memesan minuman tidak aku ketahui. Ternyata mereka telah melihat kami sejak sejam yang lalu.
Aku meminta agar ia memperbolehkan aku untuk bermain bersamanya, pikirku bahwa ia akan menghentikan permaianannya adan berlari ke pelukan sang ibu. Anak itu malahan mengambil kardus yang sedang kupegang kemudian meletakannya di samping kardusnya. Ia mulai mengulangi permainannya dan aku pun mengikutinya. Ibunya yang melihat kelakuaanku melepaskan cuciannya dan bertanya padaku "bukankah itu merupakan sesuatu hal yang lucu?"
"ini bukan suatu lelucon, apakah ibu rela melepaskan cucian dan bergabung bersama kami?"
Ia hanya tersenyum.
Kami terlarut dalam permainan itu sehingga kehadiran beberapa orang untuk memesan minuman tidak aku ketahui. Ternyata mereka telah melihat kami sejak sejam yang lalu.
Komentar