TATANRI

IX
Aku juga menyertakan buku harian jilid 1 ke dalam tasnya agar ia mampu membaca dan membakarnya kala udara malam terasa begitu menyiksa. untuk dapat sampai ke tempat tujuannya ia harus menempuh perjalanan yang akan menimbulkan kebosanan pada siang yang terik.
"Mungkinkah ia kembali saat tinta penaku akan kering?"
atau ia pergi untuk meninggalkan kepadaku sebuah kalimat yang tertera pada khayalan dan siangku yang berbunyi;"hanya nama dan lukisan wajahku yang akan kau kenang dan lihat pada pagi yang masih berkabut."
"tidak mungkin ia meninggalkan kepadaku kalimat di atas."
aku memang tidak mengantar kepergiannya dan iapun hanya meninggalkan tapak kaki berlumpur di lantai ini. Ketika ia melewatiku yang sedang tenggelam dalam tulisan hanya bunyi derap langkah yang tampak, tiada kata yang terucap darinya untuk menyatakan bahwa ia akan pergi. Aku baru sadar bahwa ia telah pergi ketika aku hendak meminjam beberapa lembar kertas padanya. menyadari akan ketelederoranku ini maka aku berlari untuk mengucapkan salam perpisahan dan pelukan. sedari tadi aku berlari namun bayanggan tubuhnya tidak tampak. Seorang kakek yang selalu duduk di depan rumahnya memanggilku dan bertanya tentang ekspresi dan peluh yang mengucur di sekujur tubuh.
"aku hendak menyusul sahabatku untuk mengucapkan salam perpisahan"
"oh.....anak muda yang memanggul tas dan mengenakan baju berwarna putih kusam itu!"
"iya kek"
"dia telah lewat di hadapanku sejam yang lalu"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DI ANTARA CAHAYA

PEREMPUAN DI LORONG WAKTU (LIMA)

GADIS DENGAN BIOLA COKLAT