KEHARUMAN MAWAR

“Jemput saya di jembatan kanal timur pada pukul empat petang”, itulah kalimat yang terucap dari pita suara Sendis sebelum meninggalkan Sani yang masih bergelayut di alam bayangan. Dari nada dan gaya berbicaranya dapat dipastikan bahwa Sendis tergolong dalam wanita-wanita yang dilahirkan dengan menyertakan sebagian dari keharuman mawar. Dimana keharuman mawar itu dapat memaksa para pendengarnya untuk selalu menganggukan kepalanya sebagai tanda setuju untuk setiap perkataan yang terucap dari mulutnya. Keharuman mawar yang tertambat padanya akan memabukan setiap orang yang berkomunikasi dengannya. Setiap orang yang pernah berjumpa dan berkomunikasinya dengannya akan selalu mengingat dan mengenangnya. Mereka tidak akan pernah melupakan kalimat permintaan atau permohonan yang terucap dari mulutnya. Orang-orang akan merasa bersalah jika melupakan permintaan yang pernah ia ucapkan. Sendis tidak pernah menyadari bahwa ia memiliki keharuman mawar. Pikirnya, orang-orang yang menuruti permintaannya disebabkan oleh sikap sopan yang ditunjukannya ketika melakukan komunikasi dengan sesama.

Bahkan Tuhan pun selalu mengabulkan permohonan yang diajukannya. Apakah Tuhan juga dimabukan oleh keharuman mawar yang tersembul dari doa-doanya sehingga Tuhan akan kehilangan kemahasadaran-Nya? Bagaimana mungkin ciptaan-Nya mampu meluluhlantakan kemahasadaran-Nya?

Kalau benar bahwa Tuhan dimabukan oleh keharuman mawar yang tersembul dari doa-doa seorang manusia maka Tuhan bukanlah pengada dari semua pengada. Tidak mungkin seorang Tuhan mampu dimabukan oleh keharuman mawar yang tersembul dari doa Sendis. Atau Tuhan hanyalah bentuk dari proyeksi diri seorang manusia, seperti yang diserukan oleh Feuerbach. Dimana gambaran tentang Tuhan merupakan hasil dari objek pikiran manusia bahwa…….manusia memiliki kekuatan-kekuatan hakiki, seperti; berpikir tentang kesempurnaan, menghendaki kebaikan, dan mengalami cinta. Semua kekuatan hakiki manusia itu serba terbatas dan tidak sempurna, maka dia membayangkan adanya sebuah kenyataan yang memiliki itu secara tak terbatas. Kenyataan itu lalu dibayangkan berada di luar dirinya, sebuah kenyataan objektif. Kennyataan itu sebenarnya tak lain daripada objektifasi kesadaran diri manusia(proyeksi diri manusia)…………..dengan memproyeksi diri ke luar, manusia lalu manusia lalu menganggap hasil proyeksinya itu sebagai sesuatu yang lain dari dirinya sendiri. Hasil dari itu dianggapnya sebagai sebuah kenyataan yang otonom yang berdiri diluar dirinya dan menghadapi dirinya. Bukan hanya itu, manusia sendiri lalu merasakan bahwa hasil proyeksinya itu menghadapi dirinya sebagi objek. Manusia lalu meletakan dirinya lebih hina daripada hasil proyeksinya sendiri, misalnya manusia itu lemah, sedang Tuhan itu suci, dst .

Jika Tuhan merupakan bentuk dari proyeksi diri manusia maka doa-doa yang diucapkan oleh Sendis tidak ditujukan kepada sosok yang lebih tinggi dan berkuasa darinya tetapi ditujukan kepada dirinya sendiri. Bagaimana mungkin seorang manusia dapat mengungkapkan permohonannya kepada dirinya? Suatu permohonan yang diungkapkan kepada diri sendiri akan
berujung pada kekecewaan sebab permohonan merupakan ungkapan dari ketidakmampuan seseorang dalam menyikapi suatu persoalan atau permasalahan yang sedang menancapkan kukunya pada dirinya. Karena ketidakmampuan dan keterbatasan itu, ia memohon bantuan dari pihak lain yang menurutnya dapat mengatasi danmenyelesaikan persoalan itu. Seseorang yang berdoa kepada Tuhan tentu memiliki pemikiran bahwa Tuhan mampu mengatasi persoalan yang sedang ia hadapi. Tentu saja seorang yang mengungkapkan permohonannya kepada dirinya akan terlihat sebagai suatu keanehan dan dapat dikatakan sebagai orang gila.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DI ANTARA CAHAYA

PEREMPUAN DI LORONG WAKTU (LIMA)

GADIS DENGAN BIOLA COKLAT