ALAM BAYANGAN(2)
Dan berdasarkan penalaran yang logis, dikatakan bahwa dalam berkomunikasi dibutuhkan lawan bicara atau orang lain agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Dalam hubungan komunikasi tersebut seseorang orang akan mengemukakan pandangnya berupa informasi atau pernyataan dan lawan bicaranya akan menanggapi pandangan tersebut. Tetapi ada juga yang mengungkapkan pandangannya kepada dirinya sendiri kemudian ia sendiri menanggapi pernyataan tersebut. Ambil saja contoh tentang para pemikir atau perenung yang mengungkapkan pernyataan kepada dirinya kemudian sendiri menanggapi pernyataan tersebut. Selain itu, orang-orang yang selalu berefleksi atau berkhayal, mereka berkomunikasi dengan dirinya tentang pernyataan-pernyataan yang menari-nari dalam benak atau Para biarawan atau biarawati yang biasanya memasuki kesendiriannya untuk merenung. Mungkin Feuerbach mendasarkan pandangannya pada komunikasi yang dilakukan setiap orang kepada dirinya sendiri. Pandangan jenis ini memang dapat dibenarkan sebab pada hakikatnya setiap orang selalu berkomunikasi dengan dirinya. Dari komunikasi jenis ini, biasanya lahir pemikiran-pemikiran besar dan diakui oleh publik. Coba kita tengok kepada para penulis yang mampu melahirkan tulisan-tulisan berdasarkan komunikasi yang mereka bangun dengan dirinya. Jadi, permohonan yang dilakukan oleh Sendis kepada Tuhan bukan suatu permohonan kepada dirinya sendiri. Tuhan juga tidak dimabukan oleh keharuman mawar yang tersembul dari doa-doanya tetapi Tuhan dengan kemahasadaran-Nya mendengarkan setiap permohonan yang disertai dengan keharuman mawar. Ia akan mengabulkannya sebab permohonan yang disertai keharuman mawar akan menentramkan-Nya.
Jika ada orang yang melupakan permintaannya maka Sendis tidak pernah menghakimi dan mendakwa orang-orang tersebut. Dengan keteduhan dan keharuman mawar yang selalu menyertai kesehariaan, ia akan berkata“ mungkin engkau masih terlalu sibuk dengan urusanmu atau engkau belum memiliki kesempatan untuk menolongku”. Meskipun ia memiliki keharuman mawar abadi namun tiada pernah dalam kesehariaan, ia menggunakan duri-duri mawarnya untuk melukai sesamanya. Duri-duri yang ditambatkan pada keharuman mawar akan selalu ia bersihkan agar sesamanya dengan mudah memetik kembang mawar tanpa harus melukai mereka. Jika melihat dari sosok dan bentuk tubuhnya maka dapat dikatakan bahwa Sendis, sejak dikandung kurang mendapatkan sentuhan dari kecantikan atau kecantikan tidak pernah meleburkan diri padanya. Kecantikan yang dimasudkan disini adalah kecantikan wajah. Memang kecantikan jenis inilah yang selalu memintalkan benang-benangnya dalam pikiran ketika pertama kali berjumpa dengan seseorang. Benang-benang kecantikan yang dipintal dalam pikiran tersebut akan ditenun jika orang tersebut merasa ada ketertarikan pada objek yang dijumpainya. Tentu saja ia akan menenunnya dan objek yang dijumpainya akan menjadi motif-motif dari tenunan tersebut. Kain tenunan yang dihasilkan oleh sang penenun akan dinamakan cinta.
Sendis meninggalkan Sani yang masih berada dalam alam bayangan dengan berselimutkan kain hijau. Sani hanya menganggukan kepala ketika mendengar perkataan Sendis. Apakah anggukan itu mengacu pada kalimat Sendis atau anggukan itu terjadi karena percakapan yang ia lakukan dengan seseorang di alam bayangan? Merunut pada kejadian selama ini maka anggukan yang ia lakukan merupakan bentuk dari tangggapan kepada perkataan dari Sendis. Memang Sani selalu berada di alam bayangan ketika Sendis mengucapkan kalimat ”jemput aku di jembatan kanal timur pada pukul empat petang.” Pada awalnya Sendis sangat kecewa dengan tingkah dari Sani tersebut. Ia berpikir bahwa Sani adalah sosok yang tidak mampu memijakkan kakinya di atas tanah berlumpur atau tanah yang gersang. Kelakuan yang ditunjukan oleh Sani yaitu dengan memasuki alam bayangan, dipandang oleh Sendis dengan pesimis atau ekspresi wajah yang menyiratkan rasa kasihan. Memang Sendis tidak pernah memperkenankan dirinya untuk memasuki alam bayangan dan selalu melihat alam bayangan sebagai hantu. Ia merasa bahwa alam bayangan yang dimasuki oleh Sani sebagai bentuk dari kelemahan.
Jika ada orang yang melupakan permintaannya maka Sendis tidak pernah menghakimi dan mendakwa orang-orang tersebut. Dengan keteduhan dan keharuman mawar yang selalu menyertai kesehariaan, ia akan berkata“ mungkin engkau masih terlalu sibuk dengan urusanmu atau engkau belum memiliki kesempatan untuk menolongku”. Meskipun ia memiliki keharuman mawar abadi namun tiada pernah dalam kesehariaan, ia menggunakan duri-duri mawarnya untuk melukai sesamanya. Duri-duri yang ditambatkan pada keharuman mawar akan selalu ia bersihkan agar sesamanya dengan mudah memetik kembang mawar tanpa harus melukai mereka. Jika melihat dari sosok dan bentuk tubuhnya maka dapat dikatakan bahwa Sendis, sejak dikandung kurang mendapatkan sentuhan dari kecantikan atau kecantikan tidak pernah meleburkan diri padanya. Kecantikan yang dimasudkan disini adalah kecantikan wajah. Memang kecantikan jenis inilah yang selalu memintalkan benang-benangnya dalam pikiran ketika pertama kali berjumpa dengan seseorang. Benang-benang kecantikan yang dipintal dalam pikiran tersebut akan ditenun jika orang tersebut merasa ada ketertarikan pada objek yang dijumpainya. Tentu saja ia akan menenunnya dan objek yang dijumpainya akan menjadi motif-motif dari tenunan tersebut. Kain tenunan yang dihasilkan oleh sang penenun akan dinamakan cinta.
Sendis meninggalkan Sani yang masih berada dalam alam bayangan dengan berselimutkan kain hijau. Sani hanya menganggukan kepala ketika mendengar perkataan Sendis. Apakah anggukan itu mengacu pada kalimat Sendis atau anggukan itu terjadi karena percakapan yang ia lakukan dengan seseorang di alam bayangan? Merunut pada kejadian selama ini maka anggukan yang ia lakukan merupakan bentuk dari tangggapan kepada perkataan dari Sendis. Memang Sani selalu berada di alam bayangan ketika Sendis mengucapkan kalimat ”jemput aku di jembatan kanal timur pada pukul empat petang.” Pada awalnya Sendis sangat kecewa dengan tingkah dari Sani tersebut. Ia berpikir bahwa Sani adalah sosok yang tidak mampu memijakkan kakinya di atas tanah berlumpur atau tanah yang gersang. Kelakuan yang ditunjukan oleh Sani yaitu dengan memasuki alam bayangan, dipandang oleh Sendis dengan pesimis atau ekspresi wajah yang menyiratkan rasa kasihan. Memang Sendis tidak pernah memperkenankan dirinya untuk memasuki alam bayangan dan selalu melihat alam bayangan sebagai hantu. Ia merasa bahwa alam bayangan yang dimasuki oleh Sani sebagai bentuk dari kelemahan.
Komentar