ALAM BAYANGAN(5)

Sani memecah keheningan dengan berkata”alam bayangan yang kumasuki merupakan syarat yang harus kulakukan untuk menemukan potongan-potongan Eden, di sana gambaran Eden dapat dilihat dengan jelas. Menurutku penilaian yang kau berikan kepadaku perihal aktifitas di alam bayangan, sangat bertolak belakang dan sangat jauh dari kebenaran. Aku tidak mempersalahkan dan menuntut engkau karena penilaian itu, ingatlah bahwa alam bayangan adalah gambaran dunia ketika diciptakan. Bahwa aku tidak terlibat secara aktif dalam dunia yang kau katakan dikarenakan bahwa dunia membutuhkan pertolongan dari anak-anaknya sebab ia dalam keterlukaan. Secara sadar harus diakui; kepribadian yang sedang kubentuk belum layak untuk berpartisipasi secara aktif di dalam dunia. Dan memasuki dunia yang kau katakan membutuhkan kepribadian yang kuat dan tangguh, dapat bertahan ketika dunia sedang mencucurkan air mata.”

Sendis tertunduk, menatap lantai yang berwarna coklat. Entah memikirkan perkataan Sani atau memikirkan hal lain. Ketika ia menegakan kepalanya, tampaklah airmata mengucur dan membasahi wajahnya. Tentu, ia memikirkan perkataan dari Sani. Kesedihan menggantung di pelupuk matanya sehingga tidak memberikan kesempatan kepada senyuman untuk berpartisipasi. Tampak juga kekecewaan melambai-lambaikan tangan di antara butiran-butiran air mata yang mengucur di wajahnya. Kesedihan dan kekecewaan merupakan dua elemen yang hadir ketika seseorang berpikir bahwa objek atau realitas yang dihadapkan padanya sangat berseberang dengan realitas yang berada dalam pemikirannya. Sendis hendak meninggalkan Sani agar mampu mengusir kedua elemen yang menyelubunginya. Ia tidak sampai hati menarik Sani untuk masuk ke dalam keadaan yang ada padanya. Ketika hendak beranjak dari ruangan itu, Sani dengan segera menghaburkan diri dan memeluk tubuh Sendis. “jangan pergi dariku.” Sani berkata sambil mempererat pelukan ke tubuh Sendis, ia sangat tidak menghendaki Sendis meninggalkan ruangan dan membiarkan topik yang dibicarakan tidak menemukan kesimpulan akhir. Sendis berusaha untuk membebaskan diri dari pelukan, dengan menggunakan kekuatan yang telah menurun karena kesedihan dan kekecewaan telah menyerap sebagiannya. Di saat kedua elemen itu mengusai fisik seseorang maka secara perlahan-lahan akan menyerap semua sari-sari makanan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menghasilkan energy. Terkadang kedua elemen tak kasat itu juga mengambil alih penalaran sehingga mampu mengontrol. Aliran darahpun mengikuti perintah-perintah dari kedua elemen tersebut. Usaha untuk membebaskan diri dari pelukan Sani berujung pada kesia-siaan. Dengan suara yang disertai tangisan, Sendis berkata” kita berada di dunia yang berbeda. Dapatkah erangan malam dan tawa siang bersatu dalam waktu yang sama? Engkau selalu berada dalam alam yang tidak dapat ditangkap oleh indra penglihatan, sedangkan aku berada dalam lingkaran alam yang mampu menumbuhkan benih-benih di ladang para petani. Alam yang kita masuki tidak dapat bersatu. Seandainya keduanya bersatu, yakinku; terik siang tidak akan menerpa dedaunan.” Perkataan sendis sangat menusuk pendengaran Sani, karena perkataan itu Sani melepaskan pelukan dari tubuh Sendis. Terbebas dari rengkuhan, Sendis melanjutkan pembicaraan yang sempat terpotong ketika Sani dengan segenap kekuatan menghempaskan tubuhnya ke atas kursi kayu. “bahwa keseharian menghendaki kita untuk berjalan bersamanya. Dalam perjalanan yang kita lakukan bersama keseharian, kita dituugaskan untuk mengumpulkan segala benda yang dijumpai dalam perjalanan tersebut. Lihatlah, aku telah mengumpulkan begitu banyak benda sedangkan engkau hanya memandang perbuatan ini sebagai suatu usaha menjaring angin. Bahkan ketertawaan selalu tampak pada wajahmu ketika aku bersama keseharian pulang dari perjalanan dengan menyertakan benda-benda yang dapat kami kumpulkan. Jika engkau telah mengumpulkan potongan-potongan dari Eden maka tunjukan kepadaku potongan-potongan tersebut.” Dari kalimat-kalimat yang terucap Sani merasa bahwa Sendis tidak akan pernah memahami dengan baik tentang aktifitas yang dilakukannya dalam alam bayangan. Sani memanggil sedikit kemarahan agar menguatkan argumen yang akan disampaikan kepada Sendis;

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DI ANTARA CAHAYA

GADIS DENGAN BIOLA COKLAT

PEREMPUAN DI LORONG WAKTU (LIMA)