ALAM BAYANGAN(4)
“bagaimana aku akan memberikan penjelasan kepadanya? jika salah dalam memilih kalimat maka akan muncul ketidakpahaman padanya. Kalau aku menggunakan bentuk-bentuk kalimat yang terdapat dalam percakapan di alam bayangan maka Sendis akan semakin terbenam ke dalam bias malam. Haruskah aku meninggalkan bentuk penuturan yang terjadi di alam bayangan dan menggunakan bentuk penuturan yang memenuhi benak Sendis? Menggunakan bentuk penuturan Sendis berarti memproklamirkan pengkhianatan kepada diri sendiri. Tidak mungkin memprooklamirkan pengkhianatan kepada diri. Lantas, bagaimana aku akan memberikan penjelasan kepada Sendis tentang realitas kehidupanku? Membingungkan berada di antara pribadi yang hanya mengenal dunia dari pancaran retinanya.”
Cukup lama Sani berusaha untuk menemukan jalinan dari setiap kalimat yang akan diucapkannya, diksi yang ia gunakan akan diminimalisasi agar Sendis mampu memahami setiap kalimat yang diucapkannya. “sahabatku, telah seperempat musim kita berada dalam kisah yang sama, engkau yang mengawali dan menjalani kisah tersebut. Lebih tepat dikatakan; engkaulah tuan dari kisah yang ada bersama kita. Sedangkan aku, kisah yang menjadikan kita sama telah memilih aku untuk masuk kedalamnya tetapi tidak menjadi tuan atasnya. Keberadaan dalam rahim kisah merupakan usaha untuk menemukan roh yang bergerak ketika kisah itu memeluk keberduan kita. Engkau memang tuan atas kisah kita tetapi engkau bukanlah roh yang menggerakan kisah tersebut. Melalui engkau, roh menunjukan rupanya. Ketersembulannya tidak pernah menyertakan seluruh dirinya, biasanya ia menunjukan dirinya dalam rupa suara. Kata orang bahwa suara setiap mahluk menyiratkan tentang kepingan-kepingan
Sani berhenti dari pembicaraan sembari memberikan tatapan tajam yang ditujukan tepat ke arah mata Sendis, tatapan yang menyiratkan suatu kegembiraan yang luar biasa sehingga tatapan tajam itu tidak menyiksa Sendis. Malahan ia juga turut merasakan kegembiraan yang sama. Tatapan yang mampu menyibak tabir yang menyelubungi bagian terdalam seorang Sendis, tatapan yang telah menyatu dengan keharuman mawar sehingga roh yang menimbulkan keharuman itu menunjukan rupanya. Mereka cukup lama terdiam, masing-masing diliputi oleh kegembiraan dan tak ada gerakan yang berkelebat. Mungkin mereka memikirkan setiap kalimat yang terucap, mungkin juga mereka memisahkan setiap kalimat menurut jenis dan bentuknya agar mampu menangkap makna yang terselubung di balik kalimat-kalimat tersebut.
Komentar
You must be a wonder person !