MERAH BUKANLAH WARNA
(diambil dari majalah intro, edisi XI/November 2009)
cukup bijak engkau menerawang ke dalam mayapada
bertudung jiwa alam yang kau semaikan pada musim yang masih balita
iringan lembah memanggil derai cemara
sementara duka bidadari belum terhapuskan
menyemaikan benih kala malam belum terlelap
berhembuslah getah-getah kamboja
menghempaskan kesadaran akan tangisan anak sungai
merah merona di pelupuk sungai dan mengalir pada musim gugur
menghdirkan tangisan untuk alam
terkekeh atas kesenduan yang kau ciptakan
melemparakan bayi di ranjang kesendirian
membiarkan gagak menjadi raja
apakah engkau dilahirkan dari waktu yang berantakan
mengapa kau kawinkan peluh dengan air mata
kau hadirkan luka bagi pandai besi
pada lingkaran bara engkau memaksanya
menuliksan naskah bagi ritual kematian
dan
engkau melukis di awan berkabut
cukup bijak engkau menerawang ke dalam mayapada
bertudung jiwa alam yang kau semaikan pada musim yang masih balita
iringan lembah memanggil derai cemara
sementara duka bidadari belum terhapuskan
menyemaikan benih kala malam belum terlelap
berhembuslah getah-getah kamboja
menghempaskan kesadaran akan tangisan anak sungai
merah merona di pelupuk sungai dan mengalir pada musim gugur
menghdirkan tangisan untuk alam
terkekeh atas kesenduan yang kau ciptakan
melemparakan bayi di ranjang kesendirian
membiarkan gagak menjadi raja
apakah engkau dilahirkan dari waktu yang berantakan
mengapa kau kawinkan peluh dengan air mata
kau hadirkan luka bagi pandai besi
pada lingkaran bara engkau memaksanya
menuliksan naskah bagi ritual kematian
dan
engkau melukis di awan berkabut
Komentar