TATANRI XI
aku mengumpat kelakuan dan perkataan kakek dalam hati.
"bagaimana aku dapat mempraktekan segala teori yang ku peroleh dari pelajaran agama dan etika yakni harus menolong sesama yang lemah. percuma saja belajar tentang etika dan moral jika harus berhadapan dengan karakter laki-laki tua bangka ini".
Aku mencoba sabar dan menilai bahwa setiap perkataan dari sang kakek hanyalah bualan. Pertemuan kami pada siang hari ini memang terkesan aneh, biasanya kakek selalu meminta bantuanku untuk menuntunnya ke sekitar kebun lavender untuk memperhatikan tanaman yang telah dirawatnya. Tetapi hari ini ia begitu membenci keberadaanku di hadapannya. Adakah yang salah dengan penampilan atau tingkahku? Mencoba untuk mencari kekurangan tersebut tetapi tidak ditemukan. penampilan dan tingkahku masih sama dengan kemarin.
Dengan langkah tuanya, ia menghampiriku. Meskipun ketuaan telah memangsa segenap raganya tetapi jiwa dan semangatnya masih tetap sama dan tak akan lekang oleh waktu yang bersamanya. Kakek yang selalu menjaga agar matahari senja tetap menunjukan keindahan ini selalu meletakan tangan kanannya di keningku ketika kami bertemu. Aku masih tetap berpikir bahwa kelakuan yang ditunjukan tadi merupakan akibat dari ketuaan. Aku tahu bahwa ia akan menyentuh kening ini. Pemikiran itu salah, malahan sebuah tamparan keras mendarat di keningku.
"kakek; ini aku yang selalu menemani kakek untuk berjalan-jalan di taman lavender" Kakek malah menjawab "ia yang selalu menemaniku untuk berjalan-jalan di taman lavender adalah orang yang selalu menebarkan aroma Edelweis."
"Jadi selama ini aku memiliki keharuman Edelweis?" kataku dalam hati. Lantas dari mana keharuman itu masuk dan berdiam di dalam raga ini? Untuk menyentuh kembang itu saja aku belum pernah apalagi berkomunikasi dan memintan keharumannya untuk berdiam dalamku. Mantan penari senja itu berkata; "engkau telah menghapus keharuman Edelweis dari tubuhmu dengan membiarkan sahabatmu pergi dalam kesendirian. Harus kau ketahui bahwa ia pergi dengan membawa serpihan-serpihan cerita kalian. Hal itu akan menyulitkan ia dalam perjalanan, dimana hantu-hantu dari kelampuan kalian akan mengambil serpihan-serpihan tersebut untuk melengkapi kisah mereka yang kalian bunuh dahulu"
"bagaimana aku dapat mempraktekan segala teori yang ku peroleh dari pelajaran agama dan etika yakni harus menolong sesama yang lemah. percuma saja belajar tentang etika dan moral jika harus berhadapan dengan karakter laki-laki tua bangka ini".
Aku mencoba sabar dan menilai bahwa setiap perkataan dari sang kakek hanyalah bualan. Pertemuan kami pada siang hari ini memang terkesan aneh, biasanya kakek selalu meminta bantuanku untuk menuntunnya ke sekitar kebun lavender untuk memperhatikan tanaman yang telah dirawatnya. Tetapi hari ini ia begitu membenci keberadaanku di hadapannya. Adakah yang salah dengan penampilan atau tingkahku? Mencoba untuk mencari kekurangan tersebut tetapi tidak ditemukan. penampilan dan tingkahku masih sama dengan kemarin.
Dengan langkah tuanya, ia menghampiriku. Meskipun ketuaan telah memangsa segenap raganya tetapi jiwa dan semangatnya masih tetap sama dan tak akan lekang oleh waktu yang bersamanya. Kakek yang selalu menjaga agar matahari senja tetap menunjukan keindahan ini selalu meletakan tangan kanannya di keningku ketika kami bertemu. Aku masih tetap berpikir bahwa kelakuan yang ditunjukan tadi merupakan akibat dari ketuaan. Aku tahu bahwa ia akan menyentuh kening ini. Pemikiran itu salah, malahan sebuah tamparan keras mendarat di keningku.
"kakek; ini aku yang selalu menemani kakek untuk berjalan-jalan di taman lavender" Kakek malah menjawab "ia yang selalu menemaniku untuk berjalan-jalan di taman lavender adalah orang yang selalu menebarkan aroma Edelweis."
"Jadi selama ini aku memiliki keharuman Edelweis?" kataku dalam hati. Lantas dari mana keharuman itu masuk dan berdiam di dalam raga ini? Untuk menyentuh kembang itu saja aku belum pernah apalagi berkomunikasi dan memintan keharumannya untuk berdiam dalamku. Mantan penari senja itu berkata; "engkau telah menghapus keharuman Edelweis dari tubuhmu dengan membiarkan sahabatmu pergi dalam kesendirian. Harus kau ketahui bahwa ia pergi dengan membawa serpihan-serpihan cerita kalian. Hal itu akan menyulitkan ia dalam perjalanan, dimana hantu-hantu dari kelampuan kalian akan mengambil serpihan-serpihan tersebut untuk melengkapi kisah mereka yang kalian bunuh dahulu"
Komentar