KAMAR 21
"Carlo, sampai kapan engkau berada dalam dunia anak-anak?"
bukankah lebih baik berada dalam dunia anak-anak yang slalu menerima dan memahami realitas secara sadar tanpa harus mempermainkan realitas tersebut. Memasuki dan berdiam dalam dunia seoranga anak kecil berarti berada dalam firdaus atau eden. Memang sering kali aku mndengar bahwa Eden atau fidaur itu telah lama sekali hilang atau tidak pernah ada, mungkin Eden hanyalah sebuah mitos. Mempercayai mitos berarti juga sama seperti anak kecil.
Ada beberapa hal yang menyebabkan aku menjadi seperti seorang anak kecil.
Pertama;memasuki dunia seorang anak merupakan suatu kelangkaan bagi orang-orang dewasa, bagi para orang dewasa; dunia anak kecil berisikan kepolosan yang sangat tidak berguna untuk kehidupan sebab tidak ada nafsu yang harus diburu. Bagi orang dewasa memburu nafsu merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan dan menggairahkan. Jika memperoleh kemenangan maka akan ada pengakuan dan penghormatan yang diperoleh. Jikalau kekalahan yang akan digenggam maka akan ada cibiran yang memenuhi ruangan dan waktunya.Adalah suatu kebodohan ketika aku memilih untuk kembali ke dalam dunia seorang anak kecil. Sesama yang selalu menceritakan kemenangan dan kekalahan dalam berburu nafsu sangat kaget ketika mengetahui bahwa aku telah memasuki dunia seorang anak kecil. Lantas; ejekan dan cemooh mulai berhilir mudikdi hadapanku.
"Dasar, manusia lemah yang tidak pernah berusaha untuk berburu nafsunya." begitulah sesamaku mengatai keadaanku.
Kedua;Seorang anak kecil dipandang sebagai sosok yang lemah dan bodoh, ia tidak akan diperkenankan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas. kebebasannya hanyalah sebatas anggukan dan tutur dari seorang dewasa.(bersambung)
bukankah lebih baik berada dalam dunia anak-anak yang slalu menerima dan memahami realitas secara sadar tanpa harus mempermainkan realitas tersebut. Memasuki dan berdiam dalam dunia seoranga anak kecil berarti berada dalam firdaus atau eden. Memang sering kali aku mndengar bahwa Eden atau fidaur itu telah lama sekali hilang atau tidak pernah ada, mungkin Eden hanyalah sebuah mitos. Mempercayai mitos berarti juga sama seperti anak kecil.
Ada beberapa hal yang menyebabkan aku menjadi seperti seorang anak kecil.
Pertama;memasuki dunia seorang anak merupakan suatu kelangkaan bagi orang-orang dewasa, bagi para orang dewasa; dunia anak kecil berisikan kepolosan yang sangat tidak berguna untuk kehidupan sebab tidak ada nafsu yang harus diburu. Bagi orang dewasa memburu nafsu merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan dan menggairahkan. Jika memperoleh kemenangan maka akan ada pengakuan dan penghormatan yang diperoleh. Jikalau kekalahan yang akan digenggam maka akan ada cibiran yang memenuhi ruangan dan waktunya.Adalah suatu kebodohan ketika aku memilih untuk kembali ke dalam dunia seorang anak kecil. Sesama yang selalu menceritakan kemenangan dan kekalahan dalam berburu nafsu sangat kaget ketika mengetahui bahwa aku telah memasuki dunia seorang anak kecil. Lantas; ejekan dan cemooh mulai berhilir mudikdi hadapanku.
"Dasar, manusia lemah yang tidak pernah berusaha untuk berburu nafsunya." begitulah sesamaku mengatai keadaanku.
Kedua;Seorang anak kecil dipandang sebagai sosok yang lemah dan bodoh, ia tidak akan diperkenankan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas. kebebasannya hanyalah sebatas anggukan dan tutur dari seorang dewasa.(bersambung)
Komentar